Jumat, 23 Maret 2012

menghargai perbedaan (studi kasus SMA Kolese Loyola)

terlahir di dalam keluarga besar yang berbeda
membuat saya sadar akan pentingnya menghargai sebuah perbedaan

tunggu, perbedaan dalam hal apa dulu nih.
yep, perbedaan sangat luas cakupannya.
dari mulai perbedaan fisik (kalo yang ini jelas semua orang beda)
sampai perbedaan yang cukup fundamental, layaknya agama, ras, bahkan prinsip hidup.

kenapa Tuhan menciptakan kita berbeda??
sampai sekarangpun ini masih menjadi pertanyaan besar di dalam pikiran ini.
satu hal yang pasti, Tuhan pasti menciptakan semua ini dengan tujuan yang mulia.
Sebagai manusia kita hanya bisa menunggu, dan melihat jalan rancanganNya :)

ada cerita unik tentang perbedaan.
mungkin cerita ini bisa menjadi klise nostalgia jaman SMA.
and let the story begin..

SMA KOLESE LOYOLA

SMA ini merupakan sekolah yang cukup favorit di Semarang
(bukan berniat sombong, tapi memang kenyataan kan??)
HEHEHE :P
yeep, saya merupakan alumnus dari sekolah ini.
panggilan yang lazim adalah (Keluarga Eks Kolese Loyola)
kenapa keluarga? yap, karena bagi kami Loyola adalah sebuah keluarga :)

sedikit cerita tentang Loyola,
Loyola merupakan sekolah swasta katolik di Semarang.
Sekolah ini berbasis Kolese (college)
yang mengadopsi pendidikan dari luar negeri,
kalo di luar negeri college seperti ini 4 tahun looh,
cuman karena sistem pendidikan di Indonesia kolese di Indonesia cuman 3 tahun.
Kolese di Indonesia? yepp.
Di Indonesia sendiri terdapat 7 Kolese, yakni
Kolese Kanisisus dan Kolese Gonzaga (Jakarta)
Kolese Loyola dan PIKA (Semarang)
Kolese de Britto (Jogjakarta)
Kolese Mikael (Solo)
Kolese Mertoyudan aka Seminari Mertoyudan (Magelang)
kami semua berada di bawah perlindungan ordo SJ (serikat Yesus)
jadi pamong dan Kepala Sekolah kami kebanyakan romo romo bukan kaum awam pd umumnya.

Apa sih yang menarik dari Kolese??
sejauh dari pengamatan sebagai salah satu siswa, adalah sistem pembelajarannya
kami ber-7 ini memiliki kesamaan prinsip prinsip, dan ini yang menjadi landasan kami
dalam melakukan kegiatan pembelajaran

COMPETENCE, CONSCIENSE, COMPASSION
 AMDG (Ad Maiorem Dei Gloriam)
MAN and WOMAN FOR OTHERS
IESUS HOMINUM SALVATOR
Itu tadi sebagian dari prinsip atau semangat ignatian yang selalu ditanamkan pada kami.
Kolese selalu mengedepankan kekeluargaan serta kebebasan
Kekeluargaan?
yepp, terlihat dari cara kami memanggil kakak angkatan
kalo sekolah lain mungkin akan memanggil dengan kak, mas, atau mbak.
tapi kita? cukup panggil nama panggilan atau bahkan nama "kesayangan"
Kebebasan?
hal yang satu ini terlihat dari proses pembelajaran, yang sering menuntut muridnya untuk berpikir sendiri,
selain itu kebebasan terlihat dari banyaknya ekstra dan OH (organisasi Hobi yang ada)
selain itu kebebasan dalam aktualisasi diri,
dalam hal ini terlihat dari gaya berpakaian, dan gaya penampilan
buat kami anak kolese, sangat wajar memakai pakaian bebas tanpa seragam
dan rambut gondrong, apa sih maksudnya?
banyak orang mencibir arti dari semua itu
tapi buat kami, dari situ kami diajar untuk tegas dalam mebuat pilihan hidup
even itu di pagi hari, ketika kita memutuskan akan berpenampilan apa
sedikit aneh di dengar, tapi dari hal hal kecil inilah pembelajaran kami di mulai.

apa pendapat orang tentang SMA Kolese Loyola??

sekolah katolik ndaa, akeh cinone
 sekolah sugih kuwi, bayarane larang
isine wong pinter pinter, elite laaah

hasil survey kecil kecilan di teman teman kampus yang memang berdomisili di Semarang.

yang menjadi sorotan adalah statement "sekolah cino"
seakan masyarakat memandang bahwa Loyola hanya untuk kaum cina saja.
padahal, banyak juga loh manusia manusia pribumi seperti saya.
dan waktu SMA sayalah yang terhitam (manis) di Loyola.
bukan salah masyarakat juga, jika Loyola dipandang begitu
karena memang mayoritas siswanya adalh keturunan cina
eitss, ga semuanyacina, jawa, batak, bali, medan ada juga
dan asal tahu saja, Loyola ini benar benar beragam
karena berasal dari daerah yang berbeda beda
saya ingat pertama kali masuk Loyola, yang ada di pikiran saya saat itu
"pasti DomSav semua" ( *SMP Domenico Savio, Semarang)
ternyata ga, ada dari tegal, pekalongan, brebes, rembang, jepara, klaten, jogja, muntilan
tumplekblek semua. waaaw, benar benar "beda"
dari sini saya mulai mengahrgai perbedaan yanga da, sya belajar untuk menempatkan diri.
Banyak orang bertanya ke saya, tentang perbedaan yang ada di Loyola
"trus piye le mu dolan, kan cino kabeh"
"ora dibeda bedake po? ora dieceni?"
kadang saya geli mendengar pertanyaan pertanyaan itu,
yah, beginilah kami anak Loyola. mustahil kami hidup tanpa ceng cengan (ejek ejekan).
ejek2an itu makanan kami sehari hari,
tapi ya cuman sebatas itu, kami tak pernah mengambil hati.
"heh cino!" "heh jowo" itu sudah biasa di kuping kami.
tapi dari situlah, kami belajar menghargai perbedaan dan menerima realita yang ada bahwa
"PERBEDAAN ITU ADA"
maen bareng, dolan bareng, suloco bareng
SULOCO (Supporternya Loyola College)
dari SULOCO, perbedaan itu terasa dilebur
tanpa batas, tanpa ada benteng..
lihatlah kami beraksi
"SERIGALA SERIGILI LC!!"

LIHAT! perbedaan itu hilang
bercampur dan melebur menjadi satu
"KELUARGA BESAR KOLESE LOYOLA"

ada satu video dari teman di Kolese De Britto, tentang perbedaan cino jawa
sumonggo dilihat dulu
nah, beigtulah kira kira gambaran Loyola juga..
perbedaan itu indah, ketika kita bisa menyikapinya..












 

 




miss them so much :')
tiada yang lebih indah dari indahnya sebuah keluarga..

semarang, march 24th 2012
home sweet home
ketika menyadari perbedaan itu ada, dan susah untuk meruntuhkannya

1 komentar:

MONOKROM mengatakan...

Halo kak, aku menjadi tertarik untuk sekolah di LC, dan seberapa susahkan tes masuknya? Terima kasih sebelumnya

Posting Komentar